Kamis, 17 Juni 2010

Golongan Selamat Tidak Pernah Berselisih?

Oleh: al-Ustadz Muhammad Nurhuda, Lc. MA

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum warahmatullah,

Saya ingin bertanya tentang karakteristik golongan selamat. Apa ciri khasnya? Bila ada ciri yang kurang pada seseorang apakah akan mengeluarkannya dari golongan selamat? Apakah betul golongan selamat tidak pernah berselisih? Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullah,

Ahmad, Sukoharjo.

Jawaban:

Pertanyaan ini biarlah dijawab oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin (semoga Allah merahmatinya). Berikut jawabannya:

“Golongan selamat punya sifat selalu berpegang dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik dalam akidah, ibadah, akhlak, maupun mu’amalah. Dalam empat hal ini ciri mereka tampak jelas. Akidah mereka didasarkan pada al-Kitab dan as-Sunnah yaitu dengan mengamalkan tauhid yang lurus dalam tauhid ibadah, rubbubiyyah, maupun asma’ (nama) dan sifat. Dalam ibadah mereka berpegang secara sempurna dan melaksanakannya sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik jenis, sifat, jumlah, waktu, tempat, maupun sebabnya. Mereka dalam beragama tidak melakukan bid’ah. Terhadap Allah dan rasul-Nya mereka beradab dengan sebaik-sebaiknya, tidak berlaku lancang dengan memasukkan praktik ibadah yang tidak diizinkan-Nya.

Mereka mempunyai kelebihan dalam akhlak yang mulia, seperti menginginkan kebaikan bagi saudaranya sesama Muslim, lapang dada, wajah cerah, santun dalam berbicara, dermawan, keberanian dan akhlak-akhlak yang mulia lainnya. Mereka bermu’amalah dengan jujur dan terus-terang, sebagaimana disyaratkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya (yang artinya):

Dalam jual beli ada hak khiyar (memilih) selama keduanya (penjual dan pembeli) belum berpisah, kalau keduanya jujur dan terus-terang akan diberkahi dan sebaliknya apabila berdusta dan menyembunyikan cacat akan dihapus barakah dalam transaksi mereka berdua.1

Kekurangan yang kadang didapati dalam diri seseorang tidak mesti mengeluarkan seseorang dari golongan yang selamat. Tentunya perlu dirinci sesuai tingkatan perbuatan mereka. Kekurangan pada sisi tauhid terkadang bisa mengeluarkan dari golongan yang selamat, seperti keikhlasan yang ternodai syirik. Bid’ah pun kadang bisa mengeluarkan pelakunya dari golongan selamat.

Sementara terkait dengan akhlak dan mu’amalah hanya mengurangi keutamaannya, tidak mengeluarkannya. Terkadang perlu juga menjelaskan akhlak secara detil, karena akhlak yang paling penting adalah kesatuan kalimat dan sepakat diatas kebenaran sebagaimana yang Allah wasiatkan dalam firman-Nya (yang artinya):

Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu; ‘Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya.’” (QS. as-Syura : 13)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlepas diri dari perbuatan yang memecah-belah agama. Satunya hati merupakan kekhususan yang paling tampak pada golongan selamat, Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah. Bila terjadi perbedaan dalam masalah ijtihadiyah, mereka tidak saling hasad, benci, apalagi bermusuhan. Golongan selamat tetap menjaga persaudaraan walau berbeda pendapat. Bahkan mereka tetap mau shalat di belakang imam yang dianggap “tidak wudhu.” Misalnya, perbedaan dalam masalah hukum akibat makan daging onta. Sebagian orang berpendapat (bahwa seseorang yang) makan daging onta mengharuskan wudhu ulang ketika mau shalat. Sementara ada orang yang biasa jadi imam mengikuti pendapat bahwa makan daging onta tidak membatalkan wudhu. Dalam praktiknya mereka mau shalat di belakang imam tersebut, meskipun kalau shalat sendirian beranggapan tidak sah shalatnya.

Kasus ini terjadi karena mereka menyadari perbedaan itu muncul terkait dengan masalah ijtihad. Jadi hakikatnya bukan perbedaan antara mengikuti dalil dan berpaling dari dalil. Orang-orang ini ketika melihat ada yang menyelisihinya dalam suatu masalah, pada hakikatnya bersepakat, karena dia berjalan sesuai dengan ijtihad yang diyakininya, dan menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai hukum utama. Telah masyhur di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun terjadi perbedaan di antara para sahabat dalam perkara semacam itu. Misalnya, saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali dari perang Ahzab, malaikat Jibril memberi isyarat kepada beliau untuk pergi ke kampung Bani Quraidhah. Hal ini disebabkan kaum Yahudi tersebut telah mengkhianati perjanjian, Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya (yang artinya);

Jangan ada seorang pun yang shalat Ashar kecuali di kampung Bani Quraidhah.2

Ketika telah masuk waktu shalat (maka) sebagian segera shalat. ‘Maksud Rasulullah adalah agar segera sampai (di kampung Bani Quraidhah), bukannya mengakhirkan shalat.’ Sementara sebagian lain tidak shalat hingga sampai di perkampungan Bani Quraidhah. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bersikap keras terhadap salah satu pihak. Mereka juga tidak saling bermusuhan karena perbedaan dalam memahami perintah tersebut.

Oleh karena itu aku memandang kaum Muslimin yang menisbatkan dirinya kepada as-Sunnah wajib menjadi umat yang satu. Jangan sampai mereka bergolong-golongan, yang ini punya kelompok tertentu, demikian juga yang lain. Apalagi diikuti dengan sikap saling menjauhi, membenci dan memusuhi hanya dikarenakan masalah yang boleh melibatkan ijtihad. Tidak perlu saya sebutkan kelompok-kelompok tersebut, orang yang berakal akan dapat memahami- nya, semoga dimudahkan urusannya.

Aku berpandangan Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah wajib bersatu, walaupun berbeda pendapat tentang suatu masalah seperti ditunjukkan dalil sesuai pemahaman yang ada. Alhamdulillah masalah ini adalah sesuatu yang lapang. Yang paling penting adalah bersatunya kalimat dan hati, yang jelas musuh-musuh Islam akan senang kalau kaum Muslimin bercerai-berai. Baik itu musuh yang menampakkan permusuhannya atau musuh yang kelihatan bersahabat. Menjadi kewajiban Ahlus-Sunnah untuk mempunyai karakteristik sebagaimana tersebut di atas, kemudian bersatu di atas kalimat yang sama.” (Majmu’ah al-Fatawa juz 1, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin).

(Dijawab oleh al-Ustadz Muhammad Nurhuda, Lc. MA)

Catatan Kaki:

  1. ^ Shahih al-Bukhari (2/733).
  2. ^ Shahih al-Bukhari, Kitab al-Maghazi (4119).
http://ahlussunnah.info/2009/12/23/artikel-ke-22-golongan-selamat-tidak-pernah-berselisih/

Cara Memahami Islam dengan Benar

Oleh: Pengasuh Buletin an-Nur Yayasan al-Sofwa

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menjadikan kita sebagai manusia yang terlahir dan besar dalam keadaan Islam. Ini merupakan nikmat terbesar yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan hanya pada orang-orang yang Dia kehendaki. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya):

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. al-Maidah : 3)

Ibnu Katsir rahimahullah dalam mengomentari ayat ini mengatakan, bahwa ini (Islam) adalah nikmat terbesar Allah Subhanahu wa Ta’ala atas umat ini, yang mana Allah telah menyempurnakan agama ini bagi mereka. Maka mereka tidak lagi membutuhkan kepada agama selain Islam dan kepada Nabi selain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itu, Allah telah menjadikan Muhammad Subhanahu wa Ta’ala sebagai penutup para Nabi dan mengutus Beliau kepada manusia dan jin. Maka tidak ada lagi penghalalan kecuali apa-apa yang telah Beliau halalkan dan tidak ada lagi pengharaman kecuali atas apa-apa yang telah Beliau haramkan dan tidak ada yang merupakan bagian dari agama kecuali dengan apa-apa yang telah Beliau syari’atkan. Semua yang Beliau sampaikan adalah benar dan tidak ada kedustaan di dalamnya sedikit pun.

Dengan ayat ini pula Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyempurnakan iman orang mukmin sehingga mereka tidak lagi membutuhkan penambahan ataupun pengurangan terhadap syari’at agama ini selamanya. Kalau hal ini benar-benar dipegang oleh seorang Muslim, niscaya tidak akan muncul berbagai bid’ah (sesuatu yang diada-adakan yang tidak ada asalnya dari al-Qur’an dan as-Sunnah) dan perpecahan dalam agama ini yang mengakibatkan kita memahami Islam tidak seperti yang dikehendaki Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Selanjutnya akan muncul pertanyaan, bagaimana manhaj (metode) dalam mempelajari, memahami dan mengamalkan Islam secara benar? Jawabannya adalah jika manhaj (metode) yang kita tempuh sesuai dengan hal-hal yang akan diterangkan berikut ini:

  1. Kitabullah/al-Qur’anul-Karim
    Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya):“Dan al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkahi, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (QS. al-An’am : 155)

    Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya):

    Sesungguhnya aku tinggalkan bagimu dua perkara, salah satunya ialah Kitabullah (al-Qur’an) yang merupakan tali Allah. Barangsiapa mengikutinya maka ia berada di atas hidayah dan barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia dalam kesesatan.” (HR. Muslim)

  2. as-Sunnah yang Shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
    Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam memahami dan mengamalkan kandungan al-Qur’an kita memerlukan as-Sunnah yang berisi penjelasan terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat global. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya):“Dan Kami telah menurunkan kepadamu adz-Dzikr (al-Qur’an), agar kamu (Muhammad) menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkannya.” (QS. an-Nahl : 44)

    Pada hakikatnya segala sesuatu yang diucapkan oleh Rasulullah juga merupakan wahyu dari Allah sehingga wajib bagi kita untuk mentaati segala perintah beliau dan menjauhi segala larangannya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya):

    Mentaati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman-Nya menyebutkan (yang artinya):

    Barangsiapa yang mentaati Rasul maka sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak akan mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. an-Nisa’ : 80)

    Firman-Nya yang lain (yang artinya):

    Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. al-Hasyr : 7)

  3. Atsar (Jejak) Para Sahabat
    Para sahabat adalah orang-orang yang mendapat didikan langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka yang lebih tahu tentang sebab-sebab turunnya ayat, kepada siapa ayat itu ditujukan dan bagaimana tafsiran dari ayat tersebut. Tidak heran bila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menobatkan mereka sebagai generasi terbaik sebagaimana sabda beliau:“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabatku)…” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

    Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah memberikan keridhaan-Nya kepada mereka, sebagaimana firman-Nya (yang artinya):

    Orang-orang yang dahulu lagi pertama-tama masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah ridha pada mereka dan mereka pun ridha pada Allah, dan Allah janjikan bagi mereka Surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. at-Taubah: 100)

    Jika Subhanahu wa Ta’ala Allah sudah ridha pada mereka, pasti mereka adalah orang-orang yang benar dan selamat. Maka jika kita ingin selamat, kita juga harus mengikuti mereka dalam setiap sisi kehidupan kita, baik dalam hal akidah, akhlak, ibadah maupun muamalah. Sebagaimana keselamatan ini juga dijamin oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya (yang artinya):

    Umatku akan berpecah menjadi 73 golongan. Semuanya di Neraka kecuali satu. Mereka (para sahabat) bertanya: ‘Siapa satu golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?’ Jawab beliau: ‘Siapa saja yang seperti keadaanku dan para sahabatku pada hari ini.’” (Jami’ul-Ushul fi Ahadits ar-Rasul. Diriwayatkan Imam Ahmad, at-Tirmidzi dan lainnya, al-Hafizh menggolongkannya hadits hasan)

    Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan (yang artinya):

    Dan barangsiapa yang hidup diantara kalian sepeninggalku, maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah Khulafaur-Rasyidin setelahku. Peganglah erat-erat dan gigitlah ia dengan gigi-gigi gerahammu.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

  4. Atsar (Jejak) Para Tabi’in dan Tabi’ut-Tabi’in
    Tabi’in adalah murid para Sahabat, sedangkan tabiu’t-tabi’in adalah murid para tabi’in. Mereka ini bersama Sahabat dikatakan sebagai tiga generasi terbaik. Sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya):“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabatku), kemudian yang datang setelah mereka (tabi’in), kemudian yang datang setelah mereka (tabi’ut-tabi’in).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dari apa yang telah diuraikan secara ringkas tadi, akhirnya kita mendapat jawaban sekaligus solusi dari pertanyaan: “Kenapa dalam Islam terdapat banyak golongan atau paham yang masing-masing mereka mengaku berpedoman pada al-Qur’an dan as-Sunnah?

Jawabannya adalah: “Karena masing-masing golongan memahami al-Qur’an dan as-Sunnah dengan hawa nafsu atau logika atau perasaannya sendiri-sendiri. Dan solusi dari semua ini adalah mengembalikan lagi pemahaman Islam kita pada apa-apa yang pernah dipahami oleh Salafush-Shalih, yaitu tiga generasi pertama dari umat ini sebagaimana yang tersebut pada hadits di atas (yaitu Sahabat, Tabi’in dan Tabiut-Tabi’in).

Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah kita untuk selalu berjalan diatas jalan mereka. Amin. (Soraya).

Kategori: Buletin an-Nur Yayasan al-Sofwa, Manhaj as-Salafush-Shalih
Sumber: Artikel ini disalin dari Buletin an-Nur yang dikeluarkan oleh Yayasan al-Sofwa, Jl. Raya Lenteng Agung Barat No.35, Jakarta Selatan, Indonesia 12810. Telp.: +62-21-78836327. Faks: +62-21-78836326. E-Mail: info [at] alsofwah.or.id. Website: www.alsofwah.or.id.

http://ahlussunnah.info/2009/12/26/artikel-ke-26-cara-memahami-islam-dengan-benar/

Mengapa Harus Salafi?


Oleh: Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani

Pertanyaan:

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah ditanya; “Mengapa perlu menamakan diri dengan Salafiyah, apakah itu termasuk dakwah Hizbiyyah, golongan, madzhab atau kelompok baru dalam Islam?”

Jawaban:

Sesungguhnya kata “as-Salaf” sudah lazim dalam terminologi bahasa Arab maupun syari’at Islam. Adapun yang menjadi bahasan kita kali ini adalah aspek syari’atnya. Dalam riwayat yang shahih, ketika menjelang wafat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Sayidah Fatimah radhiyallahu ‘anha (yang artinya):

“Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, sebaik-baik ‘as-Salaf’ bagimu adalah Aku.”

Dalam kenyataannya di kalangan para Ulama sering menggunakan istilah “as-Salaf.” Satu contoh penggunaan “as-Salaf” yang biasa mereka pakai dalam bentuk syair untuk menumpas bid’ah:

“Dan setiap kebaikan itu terdapat dalam mengikuti orang-orang Salaf.”

“Dan setiap kejelekan itu terdapat dalam perkara baru yang diada-adakan orang Khalaf.”

Namun ada sebagian orang yang mengaku berilmu, mengingkari nisbat (penyandaran diri) pada istilah Salaf karena mereka menyangka bahwa hal tersebut tidak ada asalnya. Mereka berkata; “Seorang Muslim tidak boleh mengatakan; ‘Saya seorang Salafi.’” Secara tidak langsung mereka beranggapan bahwa seorang Muslim tidak boleh mengikuti Salafush-Shalih baik dalam hal aqidah, ibadah ataupun akhlak.

Tidak diragukan lagi bahwa pengingkaran mereka ini, (kalau begitu maksudnya) membawa konsekuensi untuk berlepas diri dari Islam yang benar yang dipegang para Salafush-Shalih yang dipimpin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya):

“Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian sesudahnya, kemudian sesudahnya.” (Hadits shahih riwayat Bukhari, Muslim)

Maka tidak boleh seorang Muslim berlepas diri (bara’) dari penyandaran kepada Salafush-Shalih. Sedangkan kalau seorang Muslim melepaskan diri dari penyandaran apapun selain Salafush-Shalih, tidak akan mungkin seorang ahli ilmu pun me-nisbat-kannya kepada kekafiran atau kefasikan.

Orang yang mengingkari istilah ini, bukankah dia juga menyandarkan diri pada suatu madzhab, baik secara akidah atau fikih? Bisa jadi ia seorang Asy’ari, Maturidi, Ahli Hadits, Hanafi, Syafi’i, Maliki atau Hambali semata yang masih masuk dalam sebutan Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah.

Padahal orang-orang yang bersandar kepada madzhab Asy’ari dan pengikut madzhab yang empat adalah bersandar kepada pribadi-pribadi yang tidak maksum. Walau ada juga ulama di kalangan mereka yang benar. Mengapa pe-nisbat-an-pe-nisbat-an kepada pribadi-pribadi yang tidak maksum ini tidak diingkari?

Adapun orang yang ber-intisab kepada Salafush-Shalih, dia menyandarkan diri kepada ishmah (ke-maksum-an/terjaga dari kesalahan) secara umum. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendiskripsikan tanda-tanda Firqah Najiyah1 yaitu komitmennya dalam memegang Sunnah Nabi dan para Sahabatnya. Dengan demikian siapa yang berpegang dengan manhaj Salafus-Shalih maka yakinlah dia berada (di)atas petunjuk Allah ‘Azza wa Jalla.

Salafiyah merupakan predikat yang akan memuliakan dan memudahkan jalan menuju “Firqah Najiyah.” Dan hal itu tidak akan didapatkan bagi orang yang me-nisbat-kan kepada nisbat apapun selainnya. Sebab nisbat kepada selain Salafiyah tidak akan terlepas dari dua perkara:

Pertama:

Me-nisbat-kan diri kepada pribadi yang tidak maksum.

Kedua:

Me-nisbat-kan diri kepada orang-orang yang mengikuti manhaj pribadi yang tidak maksum.

Jadi tidak terjaga dari kesalahan, dan ini berbeda dengan ishmah para Shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan supaya kita berpegang teguh terhadap Sunnahnya dan Sunnah para Sahabat setelahnya.

Kita tetap terus dan senantiasa menyerukan agar pemahaman kita terhadap al-Kitab dan as-Sunnah selaras dengan manhaj para Sahabat, sehingga tetap dalam naungan ishmah (terjaga dari kesalahan) dan tidak melenceng maupun menyimpang dengan pemahaman tertentu yang tanpa pondasi dari al-Kitab dan as-Sunnah.

Mengapa sandaran terhadap al-Kitab dan as-Sunnah belum cukup?

Sebabnya kembali kepada dua hal, yaitu hubungannya dengan dalil syar’i dan fenomena Jama’ah Islamiyah yang ada.

Berkenaan dengan sebab pertama:

Kita dapati dalam nash-nash yang berupa perintah untuk menta’ati hal lain disamping al-Kitab dan as-Sunnah sebagaimana dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla (yang artinya):

“Dan taatilah Allah, taatilah Rasul dan Ulil-Amri diantara kalian.” (QS. an-Nisa’ [4] : 59]

Jika ada Waliyul-Amri yang dibai’at kaum Muslimin maka menjadi wajib ditaati seperti keharusan taat terhadap al-Kitab dan as-Sunnah. Walau terkadang muncul kesalahan dari dirinya dan bawahannya. Taat kepadanya tetap wajib untuk menepis akibat buruk dari perbedaan pendapat dengan menjunjung tinggi syarat yang sudah dikenal yaitu:

“Tidak ada ketaatan kepada mahluk di dalam bemaksiat kepada al-Khalik.” (Lihat as-Shahihah nomor 179)

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin, Kami biarkan mereka berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. an-Nisa’ [4] : 115)

Allah Maha Tinggi dan jauh dari main-main. Tidak disangkal lagi, penyebutan “sabilil-mukminin” (jalan kaum mukminin) pasti mengandung hikmah dan manfaat yang besar. Ayat itu membuktikan adanya kewajiban penting yaitu agar ittiba’ kita terhadap al-Kitab dan as-Sunnah harus sesuai dengan pemahaman generasi Islam yang pertama (generasi Sahabat). Inilah yang diserukan dan ditekankan oleh dakwah Salafiyah di dalam inti dakwah dan manhaj tarbiyah-nya.

Sesungguhnya dakwah Salafiyah benar-benar akan menyatukan umat. Sedangkan dakwah lainnya hanya akan mencabik-cabiknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya):

“Dan hendaklah kamu bersama-sama orang-orang yang benar.” (QS. at-Taubah [9] : 119)

Siapa saja yang memisahkan antara al-Kitab dan as-Sunnah dengan as-Salafush-Shalih bukanlah seorang yang benar selama-lamanya.

Adapun berkenaan dengan sebab kedua:

Bahwa kelompok-kelompok dan golongan-golongan (umat Islam) sekarang ini sama sekali tidak memperhatikan untuk mengikuti jalan kaum Mukminin yang telah disinggung ayat diatas dan dipertegas oleh beberapa hadits.

Diantaranya hadits tentang firqah yang berjumlah tujuh puluh tiga golongan, semua masuk neraka kecuali satu. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mendeskripsikannya sebagai:

“Dia (golongan itu) adalah yang berada di atas pijakanku dan para Sahabatku hari ini.”

Hadits ini senada dengan ayat yang menyitir tentang jalan kaum Mukminin. Diantara hadits yang juga senada maknanya adalah, hadits Irbadl bin Sariyah, yang di dalamnya memuat:

“Pegangilah Sunnahku dan Sunnah Khulafa’ir-Rasyidin sepeninggalku.”

Jadi disana ada dua Sunnah yang harus diikuti: Sunnah Rasul dan Sunnah Khulafa’ur-Rasyidin.

Menjadi keharusan atas kita -generasi muta’akhirin- untuk merujuk kepada al-Kitab dan as-Sunnah dan jalan kaum Mukminin. Kita tidak boleh berkata; “Kami mandiri dalam memahami al-Kitab dan as-Sunnah tanpa petunjuk Salaf as-Shalih.”

Demikian juga kita harus memiliki nama yang membedakan antara yang haq dan bathil di jaman ini. Belum cukup kalau kita hanya mengucapkan; “Saya seorang Muslim (saja) atau bermadzhab Islam.” Sebab semua firqah juga mengaku demikian baik Syi’ah, Ibadhiyyah (salah satu firqah dalam Khawarij), Ahmadiyyah dan yang lain. Apa yang membedakan kita dengan mereka?

Kalau kita berkata; “Saya seorang Muslim yang memegangi al-Kitab dan as-Sunnah,” ini juga belum memadai. Karena firqah-firqah sesat juga mengklaim ittiba’ terhadap keduanya.

Tidak syak lagi, nama yang jelas, terang dan membedakan dari kelompok sempalan adalah ungkapan; “Saya seorang Muslim yang konsisten dengan al-Kitab dan as-Sunnah serta bermanhaj Salaf,” atau disingkat; “Saya Salafi.”

Kita harus yakin, bersandar kepada al-Kitab dan as-Sunnah saja, tanpa manhaj Salaf yang berperan sebagai penjelas dalam masalah metode pemahaman, pemikiran, ilmu, amal, dakwah, dan jihad, belumlah cukup.

Kita paham para Sahabat tidak ber-ta’ashub terhadap madzhab atau individu tertentu. Tidak ada dari mereka yang disebut-sebut sebagai Bakri, Umari, ‘Utsmani atau ‘Alawi (pengikut Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali). Bahkan bila seorang diantara mereka bisa bertanya kepada Abu Bakar, Umar atau Abu Hurairah maka bertanyalah ia. Sebab mereka meyakini bahwa tidak boleh memurnikan ittiba’ kecuali kepada satu orang saja yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang tidak berkata dengan kemauan nafsunya, ucapannya tiada lain wahyu yang diwahyukan.

Taruhlah misalnya kita terima bantahan para pengkritik itu, yaitu kita hanya menyebut diri sebagai Muslimin saja tanpa penyandaran kepada manhaj Salaf; padahal manhaj Salaf merupakan nisbat yang mulia dan benar. Lalu apakah mereka (pengkritik) akan terbebas dari penamaan diri dengan nama-nama golongan madzhab atau nama-nama tarekat mereka? Padahal sebutan itu tidak syar’i dan salah!?

Allah adalah Dzat Maha pemberi petunjuk menuju jalan (yang) lurus. Wallahu al-Musta’in.

Demikianlah jawaban kami. Istilah Salaf bukan menunjukkan sikap fanatik atau ta’ashub pada kelompok tertentu, tetapi menunjukkan pada komitmennya untuk mengikuti manhaj Salafush-Shalih dalam memahami al-Qur’an dan as-Sunnah.

Wallahu Waliyyut-Taufiq.

Catatan Kaki:

1. ^ Golongan yang selamat.

Tag: al-Firqah an-Najiyah, ishmah, ittiba', khalaf, madzhab, maksum, salaf, Salafi, Salafiyah, ta'ashub (fanatik)
Kategori: Majalah as-Sunnah, Manhaj as-Salafush-Shalih, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani
Sumber: Artikel ini disalin dari majalah al-Ashalah edisi 9/Th. II/15 Sya'ban 1414 H, majalah as-Sunnah Edisi 09/Th. III/1419 H-1999 M.

sources : http://ahlussunnah.info/2010/01/13/artikel-ke-38-mengapa-harus-salafi/

Artikel ke-53, Siapakah Ahlus-Sunnah Sejati?

Telah menjadi suatu kepastian bahwa umat ini akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tidak ada yang selamat dari neraka kecuali hanya satu saja. Yaitu yang konsisten memegang wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sepeninggal Beliau. Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah, satu-satunya golongan yang selamat dari fitnah perpecahan tersebut. Namun sayang nama ini makin kabur hakikatnya dengan berjalannya waktu. Banyak orang yang mengklaim (mengaku) bahwa dirinyalah Ahlus-Sunnah sejati, tetapi klaim hanyalah bualan semata bila tak ada bukti yang mendukungnya, ibarat perkataan seorang penyair: “Setiap orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila. Tetapi sayang, Laila menyangkal mereka semua.”

sources : http://ahlussunnah.info/kategori/aqidah-dan-manhaj/manhaj-as-salafush-shalih/

Artikel ke-57, Berkenalan dengan 4 (Empat) Imam

Melalui tulisan ini Anda akan diajak untuk mengenal biografi imam yang empat secara singkat. Perjalanan hidup mereka sejak lahir hingga wafatnya. Pemaparan ini diharapkan bisa memberikan sedikit pengetahuan kepada Anda mengenai imam yang empat. Namun demikian, tulisan ini bukan untuk membatasi bahwa imam dalam perjalanan kaum muslimin hanya terbatas pada 4 (empat) imam tersebut. Sebelum dan sesudah mereka ada banyak imam, baik yang masyhur maupun tidak. Agama Islam adalah agama yang sempurna dengan kenabian Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga tak layak dibatasi oleh sekat pendapat satu atau dua imam. Tulisan ini sekadar untuk sedikit mencoba menunjukkan sikap penghormatan kepada ulama besar.

Artikel ke-59, Imam yang Empat adalah Satu, Mengapa Kita Berselisih?

Imam, pemimpin panutan, sebenarnya sangatlah banyak. Sejak zaman para sahabat hingga kini jumlahnya tak terhitung dengan jari. Namun adalah suatu kenyataan bahwa imam yang begitu masyhur di kalangan umat, tidak hanya di Indonesia, adalah imam yang empat. Tersebutlah nama Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad yang sering menjadi rujukan oleh kebanyakan kaum muslimin. Meski banyak yang mengenalnya dan mengaku sebagai orang yang mengikutinya, ternyata tidak banyak yang mengetahui pendapatnya secara valid. Kebanyakan orang memang hanya mendengar dari orang lain atau tulisan orang lain. Pendapat dan pandangan yang banyak diketahui sebenarnya ‘hanyalah’ hanafiyyah, malikiyyah, syafi’iyyah, ataupun hanbaliyyah, dalam artian berbagai hal yang dinisbahkan (disandarkan) kepada masing-masing empat imam tersebut. Secara mendasar bisa jadi justru tidak sesuai dengan pendapat dan tulisan para imam yang empat tersebut seperti yang terdapat dalam kitab-kitab karyanya. Karena kebanyakan hanya berasal dari turunan dari tulisan orang-orang yang menisbahkan diri pada madzhab (pandangan) empat yang tidak jarang diwarnai ketidak-tahuan atau bahkan fanatik terhadap madzhab yang empat.
Versi PDF

Download
(77.3 KB)


source : http://ahlussunnah.info/kategori/aqidah-dan-manhaj/manhaj-as-salafush-shalih/

Artikel ke-58, Rujuk kepada Petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Para imam banyak menulis kitab untuk menuangkan pendapatnya tentang berbagai hal. Dalam perkembangannya pendapat-pendapat tersebut membentuk berbagai madzhab, diantaranya adalah 4 (empat) madzhab yang terkenal di Indonesia.

Sayang, banyak yang kemudian terjerumus pada sikap fanatik madzhab, seakan-akan pendapat imam adalah sebuah aksioma agama yang tidak bisa diutak-atik. Sementara para imam tidak pernah menyarankan sikap demikian. Justru para imam tersebut memberikan contoh yang sebaliknya, agar umat Islam selalu mengembalikan pendapat pada petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam artikel berikut, Saudara dapat melihat beberapa perkataan (qaul) mereka.

Versi PDF

Download
(76.4 KB)


Source : http://ahlussunnah.info/kategori/aqidah-dan-manhaj/manhaj-as-salafush-shalih/

Rabu, 16 Juni 2010

eBook – Shalat, Dzikir & Do’a

Download eBook & Artikel Kategori “Shalat, Dzikir & Do’a”

  1. 3 Masalah Penting Tentang Shalat – Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz.doc
  2. Adab Imam Dan Makmum Dalam Shalat – Ustadz Armen Halim Naro.pdf
  3. Ahkamul Jumat – Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani.pdf
  4. Cara Wudhu – Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin.pdf
  5. Darah Kebiasaan Wanita – Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al ‘Utsaimin.pdf
  6. Doa Dan Dzikir Pilihan – Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah bin Baz.pdf
  7. Fatwa-Fatwa Penting Tentang Shalat – Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz.pdf
  8. Hukum-Hukum Seputar Do’a – Nurul Mukhlisin Asyraf.pdf
  9. Hukum Melafazkan Niat – Ustadz Kholid Syamsudi.pdf
  10. Hukum Meninggalkan Shalat – Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin.pdf
  11. Kiat Khusyu Dalam Shalat – Fauzan Ahmad az Zumari.pdf
  12. Kumpulan Dzikir Dan Doa Nabawi (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah) – Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani.pdf
  13. Meluruskan Kekeliruan Makmum – Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron.pdf
  14. Mencontohi Solat Rasulullah – Ustadz Rasul Dahri.pdf
  15. Mengenal Sunnah Dalam Shalat Jum’at – Abu Isma’il Muslim Al Atsari.pdf
  16. Shalat Berjama’ah – Abu Ubaidah.pdf
  17. Shalat Kita – Sholat-kita.cjb.net.pdf
  18. Shalat Tasbih – Majalah as Sunnah.pdf
  19. Sifat Shalat Nabi – Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani.doc
  20. Sifat Tarawih Nabi – Ustadz Abu Hamzah al Sanuwi.pdf
  21. Sujud Sahwi – Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin.pdf
  22. Tanggapan Sekilas Dzikit Berjammaah – vBaitullah.pdf
  23. Tanya Jawab Shalat Jum’at – Assunnah.cjb.net.doc
  24. Tayammum – Abu Ubaidah al Atsari.pdf
  25. Tuntunan Thaharah Dan Shalat – Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin & Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz.pdf
  26. Tuntunan Shalat Menurut Al Qur’an dan As Sunnah – Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin.doc
sumber : http://alqiyamah.wordpress.com/ebook/ebook-shalat-dzikir-doa/

Majalah & Buletin Islam

Download Majalah al Furqon:

  1. Akhwat Edisi 01.pdf
  2. Akhwat Edisi 02.pdf

Download Majalah al Furqon:

  1. Al Furqon Edisi I Thn 2
  2. Al Furqon Edisi 2 Thn 2
  3. Al Furqon Edisi 3 Thn 2
  4. Al Furqon Edisi I Thn 3

Download Majalah Fatawa:

  1. Fatawa Vol.1 No.01
  2. Fatawa Vol.1 No.02
  3. Fatawa Vol.1 No.03
  4. Fatawa Vol.1 No.04
  5. Fatawa Vol.1 No.05
  6. Fatawa Vol.1 No.06
  7. Fatawa Vol.1 No.07
  8. Fatawa Vol.2 No.10
  9. Fatawa Vol.2 No.11
  10. Fatawa Vol.3 No.01
  11. Fatawa Vol.3 No.02
  12. Fatawa Vol.3 No.04
  13. Fatawa Vol.3 No.05
  14. Fatawa Vol.3 No.06
  15. Fatawa Vol.3 No.07
  16. Fatawa Vol.3 No.08
  17. Fatawa Vol.3 No.09
  18. Fatawa Vol.3 No.10
  19. Fatawa Vol.3 No.11
  20. Fatawa Vol.3 no.12
  21. Fatawa Vol.4 No.01

Download Buletin al Furqon:

  1. Asingnya Sunnah
  2. Cinta Dunia
  3. Dzikir Sunnah
  4. Kematian Menjemput
  5. Kesesatan Syi’ah
  6. Masuk Surga Tanpa Hisab
  7. Pacaran
  8. Pemimpin Zholim
  9. Qiyamul Lail
  10. Sutroh dalam Sholat
  11. Tawakal kepada Allah
  12. Wali Alloh vs Wali Setan
source : http://alqiyamah.wordpress.com/ebook/majalah-buletin/

eBook – Palestin, Iraq, Etc

Download eBook & Artikel Kategori “Palestin, Iraq, Etc.”

X. Palestina, Iraq, Etc.

  1. Bom Syahid atau Bom Bunuh Diri – Arif Fathul Ulum Bin Ahmad Saifullah.pdf
  2. Dan Binasalah Yahudi – Maktabah Abu Salma Al Atsary.pdf
  3. Hukum Jihad Di Palestina – Syaikh Abu ‘Umar Usamah ‘Athaya Al ‘Utaibi.pdf
  4. Seruan Untuk Iraq & Afghanistan – ‘Al Allamah ‘Abdurrahmah Bin Nashir Al Barak.pdf
  5. Wajibnya Memusuhi Yahudi – Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz.pdf

Sirah, Sejarah, Kisah, Biografi, Etc


Download eBook & Artikel Kategori “Sirah, Sejarah, Kisah, Biografi, Etc.”

  1. Biografi Para Ulama Ahlul Hadits.chm
  2. Al Bidayah wan Nihayah (Masa Khulafaur Rasyidin) – Al Imam Ibnu Katsir Rahimahullah
  3. Kisah Bertaubatnya Seorang Pemimpin Komunis.doc
  4. Syaikh Bin Baz rahimahullah dan Seorang Pencuri.pdf
  5. Menyingkap Mitos Wahhabi.pdf
  6. Syuhada Perang Mut’ah.doc
  7. Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani Dalam Kenangan.pdf

Download eBook & Artikel Kategori “Puasa Ramadhan & Iedul Fitri”


  1. Agar Puasa Lebih Bermakna – Abu Umar Basyir.pdf

  2. Beginilah Berpuasa Bagi Seorang Muslim – Maktabah Abu Salma Al Atsari.pdf

  3. Berpuasa & Berhari Raya Bersama Orang Banyak – Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani.pdf

  4. Bid’ah-Bid’ah Pada Bulan Ramadhan – Abu Ihsan Al Atsari.pdf

  5. Fatwa Ramadhan – Syaikh Muqbil.chm

  6. Hadits-Hadits Dha’if Seputar Ramadhan – Ustadz Arif Syarifuddin, Lc.

  7. Kontroversi Puasa Sunnah Sabtu – Maktabah Abu Salma Al Atsari.pdf

  8. Sifat Puasa Nabi – Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaaly & Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid.pdf
sumber : http://alqiyamah.wordpress.com/ebook/ebook-puasa/

eBook – Tazkiyatun Nafs, Nasehat, Etc.

Download eBook & Artikel Kategori “Untaian Nasehat-Nasehat”
  1. 23 Kiat Hidup Bahagia – Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As Sa’ady.pdf
  2. 74 Wasiat Untuk Para Pemuda – Darul Kasim Riyadl KSA, Abu Abdurrahman Umar Munawwir.pdf
  3. Kiat Berpegang Teguh dalam Agama Allah – Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid.pdf
  4. Kilauan Mutiara Hikmah Dari Nasehat Salaful Ummah – Maktabah As Sunnah.pdf
  5. Kutitip Surat Ini Untukmu – Ustadz Armen Halim Naro.pdf
  6. Sabar Dalam Ujian – Majalah Assunnah.pdf
  7. Tazkiyatun Nufus" href="http://alqiyamah.files.wordpress.com/2009/01/tazkiyatun-nufus-artikel-vbaitullah.pdf">Tazkiyatun Nufus – Artikel Vbaitullah.pdf
  8. Tashfiyah Dakwah Ilalloh – Ustadz Abu Ihsan.pdf
  9. Untukmu Yang Berjiwa Hanif – Ustadz Armen Halim Naro.pdf
  10. Wahai Mujahidin! – Sebuah Nasehat Bagi Mujahiddin Yang Salah Langkah – Ustadz Abdurrahman Bin Toyyib.pdf
  11. Wasiat Emas Bagi Pengikut Manhaj Salaf – Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad asy-Syihhi.doc
http://alqiyamah.wordpress.com/ebook/ebook-untaian-nasehat-etc/

Download eBook & Artikel Kategori “Fatwa”


CHM

  1. Fatwa In English.chm

PDF

  1. Ensiklopedi Fatwa Syaikh Albani.pdf
  2. Fatwa-Fatwa Lembaga Tetap Untuk Riset Ilmiah dan Fatwa.pdf
  3. Fatwa Ulama Seputar Kondisi Politik Di Indonesia.pdf
  4. Fatwa Tentang Memandikan Dan Mengafani Jenazah – Syaikh ‘Abdullah Bin Jibrin.pdf
  5. Fatwa Ulama Tentang Usamah Bin Laden.pdf

DOC

  1. Beberapa Fatwa Ulama Yaman.doc
http://alqiyamah.wordpress.com/ebook/ebook-fatwa/

Download Kumpulan eBook & Artikel Kategori “Manhaj” :


1. Chm

  1. Jalan Golongan Yang Selamat – Syaikh Muhammad Jamil Zainu.chm

2. Pdf

  1. 3 Landasan Utama – Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab.pdf
  2. Barangsiapa Yang Menyerupai Suatu Kaum Maka Ia Termasuk Golongannya – Dr Nashir Bin Abdul Karim Al Aql.pdf
  3. Hak-Hak Yang Sesuai Dengan Fitrah & Syariat – Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al ‘Utsaimin.pdf
  4. Hanya Satu Jalan Menuju Allah – Syaikh Abdul Malik Bin Ahmad Ramdhani.pdf
  5. Istiqomah Dijalan Allah – Maktabah Abu Salma Al Atsary.pdf
  6. Jalan Meraih Kemuliaan – Syaikh Abdul Malik Bin Ahmad Ramdhani.pdf
  7. Kaidah Yang (Hampir) Ditinggalkan Dalam Beragama – Ibnu Hilman.pdf
  8. Kebenaran, Makna Dan Ukurannya – Abu Shalihah Muslim Al Atsari.pdf
  9. Kedudukan As-Sunnah Dalam Islam Dan Penjelasan Sesatnya Ingkarus Sunnah – Syaikh Muhammad Nasiruddin Al Albani & Syaikh Shalih Fauzan Bin Abdullah Fauzan.pdf
  10. Masuk Surga Tanpa Hisab Dan Adzab – Tim Bulletin Al Hujjah Lombok.pdf
  11. Mengapa Harus Salafi – Maktabah Abu Salma al Atsari.pdf
  12. Menjawab Syubuhat Quburiyun – Syaikh ‘Ali Babakar.pdf
  13. Metode Istidlal Antara Naql & Aql – Maktabah Abu Salma Al Atsary.pdf
  14. Peringatan Dari Hizbiyyah – Markaz Imam Al Albani.pdf
  15. Sabar Dalam Ujian – Majalah Assunnah.pdf
  16. Setan, Musuh Besar Manusia – Muslim Atsari.pdf
  17. Sepercik Cahaya Keindahan Islam – Ustadz Arifin Badri.pdf
  18. Syaikh Albani Dan Manhaj Salaf – Amru Abdul Mun’im Salim.pdf
  19. Takut Kepada Allah – Yang Benar Dan Yang Salah – Abu Isma’il Muslim Al Atsari.pdf
  20. Toleransi Islam Menurut Pandangan Al Qur’an & As Sunnah – Syaikh Salim Bin ‘Ied Al Hilali.pdf
sumber : http://alqiyamah.wordpress.com/ebook/ebook-manhaj/

Download eBook & Artikel Kategori “Aqidah” :


Al Qiyadah

  1. Al Qiyadah Tidak Hanya Sesat.pdf

Jama’ah Tabligh

  1. Fatwa-Fatwa Para Ulama Tentang Firqah Tabligh.pdf
  2. Kitab Fadha`il Al-A’mal dalam Timbangan As-Sunnah.pdf
  3. Studi Kritis Jama’ah Tabligh.pdf
  4. Tanya Jawab Seputar Jama’ah Tabligh.pdf

Jahmiyah

  1. 500 Ulama Mengkafirkan Mereka.pdf
sumber : http://alqiyamah.wordpress.com/ebook/ebook-firqoh/

Download eBook & Artikel Kategori “Bid’ah”

  1. Ahli Bid’ah Mengaku Ahli Sunnah – Syaikh Abu ‘Abdis Salam Hasan.pdf
  2. Bai’at Antara Sunnah dan Bid’ah – Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid.pdf
  3. Fenomena Bid’ah di Bulan Rajab – Abu Ubaidah Al Atsary.pdf
  4. Hakikat Bid’ah – Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani.pdf
  5. Kewajiban Berpegang Teguh Kpd Assunnah Dan Waspada Terhadap Bid’ah – Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz.pdf
  6. Kesempurnaan Islam Dan Bahaya Bidah – Syaikh Muhammad Bin Shalih Al ‘Utsaimin.pdf
  7. Risalah Bid’ah – Ustadz Abu Qotadah.doc
  8. Tanya Jawab Tentang Bid’ah – Syaikh Muhammad Bin Shalih Al ‘Utsaimin.pdf
  9. Waspada Terhadap Bidah – Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz.pdf
sumber : http://alqiyamah.wordpress.com/ebook/ebook-bidah/

Download eBook & Artikel Kategori “Fiqh, Adab & Akhlak”


CHM

  1. Etika Kehidupan Muslim Sehari-Hari.chm
  2. Kumpulan Artikel Buletin Al Hujjah.chm
  3. Kumpulan ArtikelTentang Masalah Islam (Manhaj.Or.Id).chm

PDF

  1. Adab-Adab Masjid – Artikel Vbaitullah.pdf
  2. Adab-Adab Membaca Al-Qur’an.rar
  3. Adab Penuntut Ilmu.pdf
  4. Adabul Majelis Dan Kesalahannya – Abu Salma Al Atsary.pdf
  5. Afsus Salaam (Menyebarkan Salam) – Abu Izzat Ramadhan.pdf
  6. Aqiqah – Abu Muhammad ‘Ishom Bin Mar’i.pdf
  7. Apakah Kita Merayakan Maulid Nabi.pdf
  8. Berbakti Kepada Orang Tua – Ustadz Yazid Bin Abdul Qadir Jawwas.pdf
  9. Biarkan Janggut Anda Tumbuh – Abdurrahman Bin Muhammad Bin Qasim Al ‘Ashimi.pdf
  10. Bila Berhadats atau Junub.zip
  11. Bunga Bank Dan Riba – Ustadz Aunur Rofiq Bin Ghufron.pdf
  12. Dalil Tentang Wajibnya Hijab.pdf
  13. Dosa Yang Dianggap Biasa – Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al Munajjid.pdf
  14. Dunia Ladang Bagi Akhirat.pdf
  15. Ebook Adab & Fiqih – Abu Salma Al Atsary
  16. Etika Memberi Nama Dalam Islam – Abu Muhammad Abdurrahman Bin Sarijan .pdf
  17. Fiqhul Waqi’ – Antara Teori Dan Terapan.pdf
  18. Tentang Hijab.pdf
  19. Hukum Cadar – Ustadz Khalid Syamsudi.pdf
  20. Hukum Memperingati Maulid Nabi – Syaikh Muhammad Bin Shalih Al ‘Utsaimin.pdf
  21. Hukum Mencela Dan Istihza’ – Ibnu ‘Abidin As Soronji.pdf
  22. Hukum Selamatan Kematian – Ustadz Abdul Hakim Bin Amir Abdat.pdf
  23. Hukum Sihir, Perdukunan & Zina – Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz.pdf
  24. Janganlah Mendekati Zina – Ibnu Qoyyim Al Jauziyah.pdf
  25. Janganlah Mendekati Zina – Ustadz Muhammad Umar Assewed.pdf
  26. Keutamaan Sholawat Untuk Nabi.pdf
  27. Larangan Isbal – Abu Abdillah Ibnu Luqman.pdf
  28. Mahrom Bagi Wanita – Ustadz Ahmad Sabiq Bin Abdul Latif.pdf
  29. Mengenal Najis – Abu Ubaidah Al Atsary.pdf
  30. Menggunjing – Ummu Ihsan.pdf
  31. Meraih Hidup Bahagia – Syaikh Abdur Rahman Bin Nasir As Sa’di.pdf
  32. Perayaan Tahun Baru Itu Syiar Kuffar.pdf
  33. Pintu Pahala dan Penghapus Dosa – Abdur Rohman Al Jami’.pdf
  34. Polemik Presiden Wanita – Abu Ubaidah Al Atsary.pdf
  35. Sikap Berlebihan (Ghuluw) – Abu Umar Basyir.pdf
  36. Trilogi Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam – Abu Ismail Agung Priyadi.pdf
  37. Wasiat Tidur Nabi – Abu Abdillah Al Atsary.pdf
  38. Zakat Fitrah – Syaikh Shalih Bin Ied Al Hilaly & Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid.pdf
http://alqiyamah.wordpress.com/ebook/ebook-fiqh-adab-akhlak/

Download eBook & Artikel Kategori “Qur’an & Hadits”


  1. Hubungan Sunnah dan AlQur’an – Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas.pdf
  2. Kumpulan Artikel Tentang al Qur’an (al-Sofwah).chm
  3. Pengantar Metodologi Tafsir – Maktabah Abu Salma.pdf
  4. Sejarah Tafsir & Perkembangannya – Maktabah Abu Salma.pdf
  5. Tanya Jawab Dalam Memahami Isi Al Qur’an – Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani.pdf
  6. Tafsir, Keutamaan & Macam-Macamnya – Arif Fathul Ulum Bin Ahmad Saifullah.pdf
SUMBER : http://alqiyamah.wordpress.com/ebook/ebook-quran-hadits/

Download Kumpulan eBook & Artikel Kategori “Aqidah” :

1. Chm

  1. Aqidah Al Wasthiyah – Ibnu Taymiyah.chm
  2. Kumpulan Artikel Tentang Aqidah – Tasjilat as Salafy Jember.chm

2. Pdf

  1. Al Aqidah Ath Thahawiyah – Abu Ja’far Ath Thohawi.pdf
  2. Antara Keyakinan Syiah & Ahlus Sunnah – Abu Salma Al Atsary.pdf
  3. Aqidah Islamiyah & Keistimewaannya – Syaikh Muhammad Ibrahim Al Hamd.pdf
  4. Benarkah Imam Bukhari Tdk Menjadikan Hadits Ahad Hujjah Dalam Masalah Aqidah – Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat.pdf
  5. Buku Hadist & Aqidah Yang Dianjurkan Oleh Syaikh Bin Baz – Maktabah Abu Salma Al Atsary.pdf
  6. Contoh-Contoh Kemusyrikan Yang Membudaya – Ahmad Faiz Asifuddin.pdf
  7. Dasar Memahami Tauhid – Syaikh Muhammad Attamimi.pdf
  8. Hadist Ahad Dalam Shahih Bukhari Sebagai Hujjah Atas Amal, Aqidah dan Akhlak – Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat.pdf
  9. Hadist Khulafa’ur Rasyidin, Antara Ahlus Sunnah dan Syiah – Maktabah Abu Salma.pdf
  10. Hak-Hak Yang Sesuai Dengan Fitrah & Syariat – Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al ‘Utsaimin.pdf
  11. Hakekat Tangan Allah – Ahmad Faiz Asifuddin.pdf
  12. Hakikat Tasawuf – Syaikh Shalih Bin Fauzan Al Fauzan.pdf
  13. Hal-Hal Yang Membatalkan Keislaman – Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz.pdf
  14. Iman Kepada Malaikat & Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Umat – Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan.pdf
  15. Kehujahan Hadits Ahad Dalam Masalah Aqidah – Yusuf Bin Abdullah Bin Yusuf Al Wabil, MA.pdf
  16. Kitab Tauhid – Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab.pdf
  17. Macam-Macam Syirik – Abu Ihsan Al Atsari.pdf
  18. Memupuk Kepercayaan (Bahwa) Islam Sebagai Yang Paling Benar – Ahmas Faiz Asifuddin.pdf
  19. Menepis Syubhat Dalam Tauhid – Syaikh Muhammad Attamimi.pdf
  20. Mengapa Menolak Khobar Ahad – Ustadz Zainal Abidin.pdf
  21. Menjawab Syubuhat Quburiyun – Syaikh ‘Ali Babakar.pdf
  22. Menyingkap Kebatilan Argumen Penentang Tauhid – Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab.pdf
  23. Metode Sunnah Dlm Menangkal dan Menanggulangi Sihir – Al Hujjah Lombok.pdf
  24. Perkara Keimanan Yang Global Dari Pokok-Pokok Aqidah Salafiyah – Markaz Imam al-Albani.pdf
  25. Perbedaan Ulama Salaf Dan Khalaf Tentang Keabadian Neraka – Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani.pdf
  26. Peringatan Penting! Menggunakan Kuburan Sebagai Masjid – Syaikh Nashiruddin al Albani.pdf
  27. Pokok Aqidah Salafiyah Ringkas Dari Markaz Albani.pdf
  28. Prinsip Dasar Keimanan – Syaikh Muhammad Bin Shalih Al ‘Utsaimin.pdf
  29. Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah – Dr Shaleh Al Fauzan.pdf
  30. Qadha dan Qadar – Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al ‘Utsaimin.pdf
  31. Qadha dan Qodar (Tanya – Jawab) – Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al ‘Utsaimin.pdf
  32. Risalah Tentang Sihir Dan Perdukunan – Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz.pdf
  33. Rukun Iman – Universitas Islam Madinah Bidang Riset & Kajian Ilmiah.pdf
  34. Siapakah Ahlul Hadist – Syaikh Walid Bin Muhammad Saif An Nashr.pdf
  35. Soal Jawab Aqidah – Syaikh Muhammad Jamil Zainu.pdf
  36. Studi Kritis Barzanji – Maktabah Abu Salma Al Atsaryi.pdf
  37. Studi Kritis Sunan Abi Dawud – Ustadz Kholid Syamsudi.pdf
  38. Sufi dlm Pandangan Islam.pdf
  39. Turunnya Allah ‘Azza wa Jalla Ke Langit Dunia – Abu Ubaidah Al Atsari.pdf

3. Doc

  1. Inti Ajaran Islam – Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz.doc
SUMBER : http://alqiyamah.wordpress.com/ebook/ebook-aqidah-manhaj/